BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari tujuan nasional. Untuk mancapai tujuan itu, perlu dikerahkan segala
potensi yang ada dalam masyarakat. Peningkatan kualitas manusia sejak dini
perlu ditunjang oleh upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak
serta merta dilakukan, namun dalam penyelenggaraannya dibutuhkan beberapa
langkah-langkah strategis mulai dari perencaannya hingga evaluasi. Selain itu, pendekatan masyarakat
yang komprehensif untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan
penduduk sangat dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan dengan membina lingkungan
yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sehat, membina perilaku hidup sehat,
menggalakkan upaya promotif dan preventif serta memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan efisien.
Kesehatan masyarakat sebenarnya bukan hasil pekerjaan medis semata,
tetapi merupakan hasil interaksi faktor-faktor lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik (H. L. Blum). Sehingga penanganan masalah kesehatanpun
mesti dilakukan dengan cara yang komprehensif dengan memperhatikan
faktor-faktor tersebut di atas. Untuk itu diperlukan keterampilan, pengetahuan,
dan penguasaan teori-teori. Bekal keterampilan tersebut dicapai melalui
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu proses belajar untuk
mendapatkan kemampuan profesional kesehatan masyarakat yang didapatkan selain
melalui Pengalaman Belajar Ceramah (PBC) dan Pengalaman Belajar Praktek (PBP).
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam PBL harus memungkinkan dapat
ditumbuhkan serta dibinanya sikap dan kemampuan pada mahasiswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang dirumuskan.
Kemampuan profesional kesehatan masyarakat
meliputi :
1.
Menerapkan diagnosa kesehatan
melalui komunikasi yang intinya mengenali, merumuskan dan menyusun prioritas
masalah kesehatan masyarakat.
2.
Mengembangkan program penanganan
masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.
3.
Bertindak sebagai manajer yang
dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
4.
Melakukan pendekatan pada
masyarakat.
5.
Bekerja dalam tim multidisipliner.
Peranan tersebut perlu didukung oleh
pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat. Pengetahuan ini antara lain
mencakup kebutuhan dan permintaan, sumber daya yang bisa dimanfaatkan,
angka-angka kependudukan, dan cakupan program serta bentuk-bentuk kerjasama
yang digalang. Dalam hal ini diperlukan tiga data penting yaitu:
1.
Data umum (Demografi)
2.
Data kesehatan
3.
Data yang berhubungan dengan
kesehatan.
Ketiga data ini harus dianalisis dan
didiagnosis. Kesehatan masyarakat memerlukan pengelolaan mekanisme yang panjang
dan proses penalaran dalam analisanya. Melalui PBL ini pengetahuan tersebut
bisa diperoleh dengan sempurna.
Dengan demikian maka PBL mempunyai peranan
penting dan strategis,sehingga harus dilaksanakan dengan baik.
Pengalaman Belajar Lapangan ini merupakan
bagian yang penting dalam kurikulum SKM demi memperoleh kemampuan profesional
yang mempunyai bobot tertentu. Dalam pelaksanaannya, PBL ini mempunyai tahapan,
yakni PBL I yang tujuannya adalah analisa masalah (pengenalan masyarakat) serta
menentukan prioritas masalah dengan mempertimbangkan data primer serta data
sekunder yang berhasil diperoleh, kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya
yaitu PBL II yang tujuannya untuk mengembangkan intervensi berdasar prioritas
masalah pada PBL I, kemudian
dilanjutkan lagi pada tahap PBL III yang bertujuan untuk
mengadakan evaluasi dari pelaksanaan intervensi pada PBL II sebelumnya.dan tahap terakhir melakukan pengawasan di PBL
IV.
Seperti yang telah diuraikan di atas maka
adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam PBL I terdiri dari pengambilan data
dan analisis data. Pada dasarnya jenis pengambilan data yang dilakukan adalah
sensus, dikatakan demikian karena pendataan dilakukan pada Rumah Tangga yang
termasuk sebagai KK dalam suatu lingkungan. Kemudian data yang diperoleh
tersebut akan digunakan sebagai bahan intervensi pada PBL berikutnya, dalam
upaya membantu masyarakat dan pemerintah untuk memecahkan masalah kesehatan
yang ada.
- RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dalam pelaksaan Pengalaman Belajar Lapangan 1 (PBL 1) dirumuskan masalah yang ditemukan
dilapangan adalah sebagai berikut
Bagaimana melakukan analisis situasi melalui
identitifikasi, penyusunan prioritas
masalah serta penyusunan alternatif pemecahan masalah berdasar atas
masalah-masalah yang ditemukan di lokasi PBL yang terdapat Desa Simbang Kecamatan Simbang Kabupaten
Maros Propinsi Sulawesi Selatan
- MAKSUD DAN TUJUAN PBL
a.
Tujuan Umum :
Memberikan pengalaman terhadap
masalah-masalah kesehatan masyarakat di lapangan yang sebenarnya serta mencoba
melakukan upaya-upaya pemecahan masalah dengan teori dan praktek yang telah
diperoleh di kampus.
Mendapatkan kemampuan profesional
kesehatan masyarakat dimana kemampuan tersebut merupakan kemampuan spesifik yang
harus dimiliki oleh seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat.
b.
Tujuan Khusus :
Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memiliki
kemampuan :
1. Mengumpulkan data primer.
2. Melakukan identifikasi, merumuskan dan menyusun prioritas masalah
kesehatan masyarakat berdasarkan data dasar yang telah dikumpulkan dengan
melibatkan tokoh masyarakat dan pemerintah setempat.
3. Membuat laporan PBL I.
4. Menyeminarkan hasil kegiatan di lokasi PBL
- MANFAAT PBL
1.
Manfaat dari PBL ini agar melatih mahasiswa dalam memahami dan menganalisis
masalah kesehatan di tingkat masyarakat secara tepat.
2.
Melatih mahasiswa menentukan
prioritas masalah dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
3.
Mampu mengklasifikasikan masalah
kesehatan terkait dengan data yang diperoleh.
BAB II
GAMBARAN
UMUM LOKASI
- KEADAAN GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI
a.
Keadaan Geografis
Desa Simbang
Kec.Simbang Kab. Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun
batas-batas wilayah Desa Simbang yakni:
1.
Sebelah Utara : Desa Jenetesa
2.
Sebelah Selatan : Kec.Taralili
3.
Sebelah Timur : Desa Tanete
4.
Sebelah Barat : Desa Samboeja
Luas wilayah Desa Simbang adalah 12,88 Km2 yang
meliputi 3 Dusun
, yakni Dusun sampakang,Dusun,Paccinikang dan Dusun
Garantiga.
Desa Simbang Sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai areal
persawahan sebagian lainnya digunakan sebagai areal peternakan ayam potong. Adapun distribusi jumlah KK (Kepala
Keluarga) hingga tahun 2011 berdasarkan data sensus terakhir dengan Jumlah 683 KK pada masing-masing Dusun tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Distribusi Penduduk
Berdasarkan Jumlah KK
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2011
No.
|
Nama Kampung
|
Jumlah KK
|
1.
|
Dusun Sampakang
|
343
|
2.
|
Dusun Paccinikang
|
100
|
3.
|
Dusun Garantiga
|
240
|
Total
|
683
|
Sumber : Data kantor Desa Simbang
2011
b. Keadaan Demogtafis
b. Keadaan Demogtafis
Dari data yang diperoleh adapun data
demogarafis Desa Simbang yakni :
a.
Jumlah paenduduk : 2.736 jiwa
-
Laki – laki : 1447
jiwa
-
Perempuan :
1289 jiwa
b.
Jumlah KK : 863 KK
c.
Sex ratio : L/P x 1000/1000
: 1447/1289 x 1000/1000
:
1.122
Dari hasil pendataan Penduduk Desa simbang sebanyak
683 KK diambil sampel sebanyak 5 % yaitu
38 KK. Dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Jenis
Kelamin
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Laki-Laki
|
20
|
52.6
|
Perempuan
|
18
|
47.3
|
Total
|
38
|
100.0
|
Sumber: Data
Primer 2012
Adapun
distribusi penduduk berdasarkan kelompok
umur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Kelompok Umur (tahun)
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
21 - 25
|
2
|
5.26
|
26 - 30
|
4
|
10.5
|
31 - 35
|
3
|
7.89
|
36 - 40
|
5
|
13.1
|
41 - 45
|
8
|
21.0
|
46 - 50
|
3
|
7.89
|
51 - 55
|
2
|
5.26
|
56 - 60
|
2
|
5.26
|
61 - 65
|
3
|
7.89
|
66 - 70
|
2
|
5.26
|
71 - 75
|
4
|
10.5
|
T o t a l
|
38
|
100.0
|
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa kelompok usia yang paling
banyak yakni 41 -45 tahun dengan frekuensi 21.0
% dan yang paling sedikit yakni pada kelompok umur, 21-25,
51-55,56-60 dan 66-70 Tahun dengan frekuensi 5.26 %.
- DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
a.
Sarana Kesehatan
Fasilitas umum yang mendukung pada
kesehatan masyarakat Desa simbang Kecamatan Simbang Kabupaten Maros adalah 1(satu) bangunan Puskesmas diperbatasan desa simang
dengan Desa Samboeja dimana Puskesmas tersebut merupakan Puskesmas induk dengan wilayah kerja yakni seluruh Kecamatan Simbang termasuk
didalamnya penduduk Desa Simbang dan Satu Polindes, Satu Pustu, serta 3(tiga)
Posyandu yang terletak dimasing-masing dusun yang semuanya sudah dibenahi degan baik, faslitas itulah yang
merupakan tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Menurut data sekunder yang kami peroleh
bahwa pada tahun 2012 di Desa Simbang dengan Jumlah sarana tersebut merupakan jumlah yang
cukup untuk masyarakat Desa
Simbang dalam
meningkatkan status kesehatan namun realita yang terjadi di lapangan khususnya Desa Simbang sarana tersebut seolah-olah tidak menjadi hal
yang sangat urgent bagi masyarakat setempat karena terdapat adanya tenaga kesehatan yang mendukung dimana
di Desa Simbang terdapat 2 bidan desa dan terdapat 5 kader di setiap Dusun jadi
jumlah kader secara keseluruhan yang terdapat
di Desa Simbang adalah 15 Kader posyandu,adapun program- program pembangunan
kesehatan yang dituangkan di Desa Simbang
yang salah satunya dapat kami ketahui adalah terdapat program pengobatan
geratis yang diadakan 2x dalam Sebulan.
b.
Fasilitas Pendidik
c.
Sekolah: TK : 1 buah
SD : 2 buah
SMP atau Sederajat : 1 buah
SLTA atau Sederaajat :
1 buah
d. Kantor Desa : 1 buah
e. Tempat Ibadat
Masjid : 5 buah
- FAKTOR SOSIAL BUDAYA
Penduduk Desa Simbang sebagian besar adalah penduduk suku Makassar. Penduduk Desa Simbang seluruhnya memeluk
agama Islam dan berdasarkan hasil peninjauan lokasi ada 5 mesjid terdapat di Desa Simbang sebagai sarana untuk beribadah
masyarakat setempat.
Bentuk rumah penduduk di Desa Simbang sebagian besar adalah rumah
panggung yang kebanyakan adalah bangunan lama, tapi ada juga rumah permanen dan semi Penduduk Desa Simbang masih memegang teguh adat
istiadat setempat, seperti upacara adat, perayaan keagamaan, kepercayaan-kepercayaan
(pamali), perlakuan-perlakuan khusus terhadap ibu hamil dan bayi.
Kebanyakan penduduk
pada daerah Desa Simbang lebih
menumpuhkan hidupnya pada proses pertanian (Petani Sawah) yang letaknya
berdekatan dengan tempat tinggal mereka meskipun ada beberapa penduduk yang
bertempat tinggal jauh dari areal pertanian yang mereka miliki. Selain itu juga
bertumpu pada pekerjaan ayam potong. Selain itu ada juga penduduk yang sebagian
kecil bekerja sebagai pegawai negeri, dan sebagainya.
Desa Simbang dipimpin
oleh Ibu Desa dan tiap Dusun dipimpin oleh seorang kepala Dusun(Ketua
RT) untuk setiap anggota masyarakat yang diangkat menjadi kepala Dusun. Ada pula yang bertindak sebagai imam
desa mereka dianggap sebagai tokoh dalam
masyarakat, khususnya di daerah ini imam desa juga merupakan orang yang
dituakan di Dusun tersebut. Ada pun distribusi penduduk berdasarkan jenis pkerjaan adalah
petani.
Tabel 4
Distribusi Penduduk
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Jenis Pekerjaan
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Petani (sawah)
|
15
|
39.4
|
Pedagang/penjual/wiraswasta
|
6
|
15.7
|
Pekerja ternak ayam potong
|
7
|
18.4
|
Ibu RT
|
4
|
10.5
|
Supir
|
1
|
2.63
|
Tukang Kayu
|
1
|
2.63
|
Peg. negeri/TNI/Polri
|
3
|
7.89
|
Tukang Becak
|
1
|
2.63
|
Total
|
38
|
100.0
|
SumbeSumber :Data Primer 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis
pekerjaan yang mendominasi penduduk di Desa Simbang adalah pekerjaan sebagai petani yakni
sebesar 39.4 %,
dan paling sedikit tukang becak 1
responden (2.63%).
Tabel 5
Distribusi Penduduk
Berdasarkan Pendapatan
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Pendapatan
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
< Rp.150.000
|
6
|
15.7
|
Rp. 150.000 – Rp 200.000
|
10
|
26.3
|
Rp. 200.000 – Rp. 300.000
|
10
|
26.3
|
>Rp. 300.000
|
12
|
31.5
|
T o t a l
|
38
|
100.0
|
Sumber : Data Primer 2012
Menurut data diatas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan rata-rata masyarakat tertinggi > Rp.300.000 sebanyak 31.5 % dan
pendapatan terendah < Rp.150.000 sebanyak 15.7 %
Tabel 6
Distribusi Penduduk
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Tingkat
Pendidikan
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
TIDAK TAMAT SD
|
13
|
34.2
|
TAMAT SD
|
10
|
26.2
|
SLTP/MTs/Sederajat
|
9
|
23.6
|
SLTA/SMA/Sederajat
|
5
|
13.1
|
PERGURUAN TINGGI
|
1
|
2.63
|
T o
t a l
|
38
|
100.0
|
Sumber : Data Primer 2012
Sedangkan dari segi pendidikan penduduk di Desa Simbang sebagian besar memiliki latar
belakang pendidikan di tingkat tidak Tamat SD sebanyak 13 KK (34.2%) dan yang terkecil adalah di tingkat perguruan tinggi hanya 1 orang
(2.63%) dari total 38 penduduk.
`BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
HASIL PROGRAM INTERVENSI
Pengalaman belajar lapangan (PBL 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI)
khususnya untuk kelompok IV dilaksanakan di Desa Simbang, Kecamatan Simbang Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan selama 14 hari mulai dari
tanggal 20 Februari sampai tanggal 03 Maret
2012. Pelaksanaan
PBL 1
memberikan pengalaman dan pengetahuan yang tidak didapatkan di kampus. Dalam
PBL ini kita diberikan kesempatan untuk turun langsung ke masyarakat
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dan melihat gambaran karakteristik
masyarakat itu sendiri dan situasi masalah khususnya kesehatan yang terjadi
dalam masyarakat.
Program Pengalaman Belajar Lapangan 1 (PBL1) merupakan salah satu
program yang bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan analisis situasi
melalui identitifikasi, penyusunan prioritas
masalah serta penyusunan alternatif pemecahan masalah berdasar atas masalah-masalah
yang ditemukan di lokasi PBL yang terdapat Desa Simbang Kecamatan Simbang Kabupaten
Maros Propinsi Sulawesi Selatan Cakupan PBL 1 yang terdapat di Kecamatan Simbang ini terdiri dari 6 Desa, khusus di Desa simbang terdapat 10 mahasiswa yang ditempatkan di rumah Bapak ketua BPD Desa Simbang.
Desa Simbang terdiri dari 3 Dusun
yaitu Sampakang, Paccinikang, dan Garantiga, semua daerah tersebut merupakan wilayah kerja kami, namun pada umumnya desa simbang merupakan daerah yang
mempunyai medan yang didominasi oleh area persawahan.
Kami tiba di kantor Kecamatan
Simbang Senin tanggal 20 Februari 2012 pukul 12.30 WITA dan diterima oleh
Kepala Camat
dan Kepala Desa masing-masing kelurahan serta disambut oleh beberapa staf administratif kantor kecamatan, dan
kemudian kami membagi posko yang
telah ditentukan dari Kampus FKM UVRI dan diberangkatkan ke lokasi PBL dan khusus kelompok kami
(Kelompok IV) ditempatkan di Desa simbang yang letaknya ± 4 KM dari kantor Camat Simbang. kami menggunakan
sebuah mobil angkot (Pete-pete) menuju kantor Desa Simbang dengan disambut ramah oleh para staf Desa
dan kamipun saling berkenalan. Selang 10 menit kami diantar oleh salah satu
staf Desa (Bpk Ketua BPD)kebetulan yang mengantar adalah tuan rumah yang akan kami tempati selama 2
minggu di lokasi PBL.
B.
INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM INTERVENSI
Selama pelaksanaan PBL 1, kelompok kami
telah melakukan kegiatan yaitu mengadakan seminar awal di kantor Desa Simbang pertemuan dan diskusi dengan masyarakat
seperti pertemuan dengan kepala desa, kepala Dusun, kepala RT, para kader, dan tokoh masyarakat.
Kemudian kami melakukan kegiatan pendataan dan wawancara dengan setiap kepala
rumah tangga dari jumlah KK 683. dan mengambil sampel sebanyak 5 % yang ada di Desa simbang dibagi menajdi 3 Dusun yaitu Sampakang sebanyak 14
KK, Paccinikang sebanyak 11 KK dan Garantiga
13 KK. Dari analisis data terdapat masalah yang berhubungan langsung dengan
kesehatan, masalah tersebut berupa tempat pembuangan sampah yang tidak terdapat
pada setiap rumah masyarakat, penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat,
bangunan sumur yang tidak memenuhi syarat serta perilaku merokok yang cukup tinggi. Dengan
adanya hasil analisis kami sebetulnya kami melakukan seminar hasil pada tanggal 03
Februari 2012 di Kantor Camat simbang secara serentak oleh 6 kelompok dan
memaparkan hasil temuan terkait masalah kesehatan di tiap-tiap Desa kemudian menyatukan persepsi tentang prioritas
masalah yang nantinya akan diintervensi pada PBL selanjutnya (PBL II),karana berhubungan
satu dan lain hal maka kami tidak sempat mengadakan seminar hasil namun bagi
kami kelompok IV sendiri melakukan
pelepasan bersama Ibu Kepala Desa
beserata dengan jajarannya di Kantor Desa Simbang.
Dari hasil observasi yang telah kami
lakukan dapat kami simpulkan bahwa masyarakat di Kelurahan Desa simbang memiliki pengetahuan /derajat kesehatan yang
masih cukup rendah dengan melihat kondisi tata ruang dan pemukiman yang tidak
sesuai dengan standar pemukiman sehat yaitu tidak adanya TPS dan SPAL di setiap rumah dan
masih banyaknya jamban yang jauh dari standar kesehatan serta sanitasi lingkungan dan higiene
perorangan yang masih rendah, disebabkan
karena sebagian besar masyarakat memiliki tingkat pendidikan dan kondisi
ekonomi yang rendah.
Adapun tahap-tahap
yang dilalui yaitu:
1.
Sosialisasi dan Pengenalan lokasi
Untuk
pengenalan lokasi, kami telah melakukan observasi lapangan pada hari kedua dan
ketiga kedatangan kami, namun sebelumnya kami bertemu dengan Kepala Desa untuk
mendapatkan informasi tentang wilayah Desa simbang untuk
membantu proses pengambilan data dan mapping
2.
Pendataan
Pendataan
dilakukan oleh setiap anggota kelompok yang langkah awal dibagi 3 kelompok dan
disebar di tiga Dusun di wilayah Simbang
sampai pendataan selesai. Jumlah KK yang berhasil kami data adalah sebanyak 38 kepala
rumah tangga atau kepala keluarga.
Peran serta
masyarakat terutama dari Desa, RW/RT, pemuda, dan tokoh masyarakat sangat membantu
dalam kelancaran sosialisai kegiatan PBL 1 khususnya dalam proses pengambilan
data yang kami butuhkan di masyarakat. Namun, masih banyak masyarakat yang menganggap kami sebagai
mahasiswa yang melaksanakan PKL, sukarelawan yang datang untuk memberikan
bantuan atau membawa proyek dan dana
masyarakat yang mengharapkan JPS setelah didata, serta bantuan BLT.
3.
Mapping (Pemetaan)
Pemetaan
dilakukan dengan mellihat secara langsung lokasi Simbang dan bantuan Peta yang terpanjang di Kantor Desa simbang dengan kordinator Desa yang telah diberi tanggung
jawab dalam proses pembuatan peta Desa
simbang Sementara anggota
lainnya membantu dalam memberikan warna sebagai keterangan yang diperlukan
dalam membuat mapping agar sesuai dengan hasil pendataan dan wawancara yang
telah kami laksanakan.
4.
Pembuatan laporan
Pembuatan
laporan dilakukan dengan kerjasama kelompok yang kompak dengan etos kerja dan
tanggung jawab yang tinggi.
- PEMBAHASAN
1) DATA LINGKUNGAN
a. Cakupan Jamban
Tabel 7
Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Jamban di
Desa Simbang
Kec, Simbang Kab. Maros
Tahun 2012
Memiliki
Jamban/WC
|
Frekuensi
(n)
|
Persentase (%)
|
Ya
|
23
|
60.5
|
Tidak
|
15
|
39.4
|
Total
|
38
|
100.0
|
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa hampir seluruh masyarakat di Desa simbang memiliki jamban dengan persentase
sebesar 23 KK (60.5 %) tapi
rata-rata jamban yang tidak memenuhi standar kesehatan sedangkan yang tidak
memiliki jamban sebanyak 15 KK (39.4 %).
b.
Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Tabel 8
Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan SPAL di
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Kepemilikan
SPAL
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Tidak
|
25
|
67.7
|
Ya
|
13
|
34.2
|
Total
|
38
|
100.0
|
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa dari 38 rumah tangga yang berhasil didata ternyata 25 Rumah tidak memiliki
SPAL dan sisanya 13 rumah memiliki SPAL.
c. Cakupan Sumber Air Minum
Tabel 9
Distribusi Penduduk Menurut Masak/Tidaknya Air Minum di
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Masak Air Minum
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Ya
|
24
|
63.1
|
Tidak
|
14
|
36.8
|
Total
|
38
|
100.0
|
|
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa simbang memasak air untuk dikonsumsi sebagai
air minum mereka yakni sebanyak 24
KK (63.1 %) namun tidak sedikit diantaranya yang langsung mengkonsumsi air yang
diperoleh yakni sebanyak 14 KK (36.8 %) dari total 38 KK.
d.
Tempat Sampah
Tabel 10
Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Tempat
Sampah
di Desa
Simbang Kec.Simbang Kab. Maros
Tahun 2012
Kepemilikan Tempat Sampah
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Ya
|
8
|
21.0
|
Tidak
|
30
|
78.9
|
Total
|
38
|
100.0
|
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
dengan jelas bahwa dari 38 KK yang berhasil didata ternyata yang memiliki tempat sampah hanya 8 KK
(21.0 %) dan 30 KK yang tidak
memiliki tempat sampah dengan persentase 78.9 % dari 38 KK yang di data.
2) DATA KB
Tabel 11
Distribusi Penduduk Menurut Tempat Pelayanan KB di
di Desa Simbang Kec.Simbang.
Kabupaten. Maros
Tahun 2012
Tempat Pelayanan KB
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Puskesmas/Pustu
|
15
|
39.4
|
Lainnya
|
20
|
52.6
|
Total
|
35
|
100.0
|
|
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa dari 35
mengikuti KB 15 diantaranya mendapatkan pelayanan KB di Puskesmas/Pustu kemudian 20 sisanya mengaku
mendapatkan pelayanan dari tempat lainnya dimana menurut pengakuan dari beberapa responden
tersebut melakukan KB di rumah dengan metode tradisional misalnya dengan
senggama terputus maupun pantang berkala
3)
DATA GIZI KELUARGA
Tabel 12
Distribusi Penduduk Menurut Penggunaan Garam Beryodium
di Desa Simbang
Kec.Simbang.
Kabupaten. Maros
Tahun 2012
Penggunaan Garam Beryodium
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Ya
|
27
|
71.0
|
Tidak
|
11
|
28.9
|
Total
|
38
|
100.0
|
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa lebih dari setengah jumlah KK yang berhasil didata terdapat 27 KK (71.0%) menggunakan garam beryodium
kemudian sisanya sebanyak 11 KK (28. 9%) tidak menggunakan garam beryodium
4)
DATA PENCARIAN PENGOBATAN
Tabel 13
Distribusi Penduduk Menurut Ada/Tidaknya Keluarga yang
Sakit dalam 1 bulan terakhir di Desa Simbang Kec.Simbang.
Kabupaten. Maros
2012
Yang Pernah Sakit dalam 1 bulan terakhir
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Ada
|
26
|
68.4
|
Tidak
Ada
|
12
|
31.5
|
Total
|
38
|
100.0
|
Sumber
: data primer 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah
jumlah KK yang berhasil didata terdapat 26 KK (68.4%) Yang Pernah Sakit dalam 1 bulan terakhir kemudian
sisanya sebanyak 12 KK (31.5%) tidak Pernah Sakit dalam 1 bulan terakhir
5) DATA BALITA
Tabel 14
Distribusi Penduduk Menurut Cakupan Imunisasi di
Desa Simbang Kec.Simbang Kab.
Maros
Tahun 2012
Pernah Imunisasi
|
Frekuensi (n)
|
Persentase (%)
|
Ya
|
30
|
62.5
|
Tidak
Ada
|
18
|
20.8
|
Total
|
48
|
100.0
|
|
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 30 balita pernah diimunisasi (62.5 %)sedangkan yang tidak
pernah adalah 18 balita atau 20.8 %.
- PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
Setelah melalui pendataan dan analisis,
ditemukan berbagai masalah kesehatan yang pada umumnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan metode skoring dan diperkuat dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap Kesehatan Masyarakat. Berikut ini adalah
tampilan hasil skoring yang kami lakukan:
Tabel 15
Metode
Penetapan Prioritas Masalah
No.
|
Masalah
|
A
|
B
|
C
|
Skor
|
1.
|
Jamban/WC Keluarga
|
4
|
4
|
4
|
12
|
2.
|
Kepemilikan Tempat Sampah
|
4
|
3
|
4
|
11
|
3.
|
Sumber Air Minum
|
4
|
2
|
4
|
10
|
Keterangan
Huruf :
A = “Paling Banyak dan Paling Penting”. Hal yang diperhatikan pada kolom
ini adalah besarnya persentase masalah berdasarkan hasil analisis data yang
telah kami lakukan sebelumnya”.
B = “Jika tidak diatasi akan berdampak buruk disekitarnya dan bertambah
parah”. Pada kolom ini, kami mencoba membandingkan seberapa besar dampak dari
masalah-masalah kesehatan tersebut terhadap lingkungan sekitarnya”
C = “Paling banyak pengaruhnya”. Maksud dari poin ini, kami mencoba
membandingkan sejauh mana pengaruhnya apabila masalah tersebut diatasi”
Keterangan
Angka :
1=Tidak Penting2=Cukup Penting 3= Penting 4= Sangat Penting
Berdasarkan metode skoring diatas, maka urutan prioritas masalah di Desa Simbang adalah sebagai berikut:
1.
Tingginya
distribusi frekuensi rumah tangga yang memiliki jamban tapi tidak memenuhi standar
kesehatan yaitu 60.5 %. Ada juga yang tidak memiliki jamban dan
perilaku buang air besar di sekitar rumah yang masih dikelilingi hutan-hutan atau di kali .
2.
Tidak
adanya penyediaan tempat sampah di setiap rumah, sehingga mereka hanya membuang
sampah di sekitar rumah, di parit atau di sawah atau mengumpulkannya kemudian
dibakar.
3.
Air Minum
rata-rata tiap Rumah Tangga menggunakan air dari sumur yang kurang memenuhi
standar kesehatan untuk air bersih.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan program nantinya
maka kami menentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon yaitu :
a. Menentukan besarnya masalah
b. Menentukan kegawatan masalah
c.
Menentukan
masalah yang lebih mudah di tanggulangi
d. Menentukan kelompok kriteria PEARL (
kesesuaian, secara ekonomi murah, dapat di terima dan legalitas terjamin )
Setelah
melaksanakan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat kami menyimpulkan
beberapa prioritas masalah yang ada di Desa Simbang kec. Simabang Kabupaten
Maros adalah :
1. Tidak adanya tempat sampah di setiap rumah
sehingga sangat memudahkan
munculnya penyakit. Mereka hanya membuang sampah di sekitar rumah kemudian
membakarnya ada pula yang membuangnya di parit-parit atau di sawah sehingga
dapat menyebabkan terjadinya banjir pada saat musim hujan.
2. Penggunaan dan pemanfaatan jamban di Desa Simbang yang masih rendah
Terbukti bahwa meskipun ada
beberapa yang telah memiliki jamban namun belum memenuhi syarat kesehatan dan
masih ada masyarakat yang memiliki jamban tetapi tidak memanfaatkannya. Hal ini
perlu adanya penyuluhan akan pentingnya kepemilikan dan pemanfaatan jamban yang
sehat bagi masyarakat. Selain itu akan dibuatkan jamban percontohan yang
memenuhi syarat baik dari segi konstruksi
maupun dari segi kesehatannya.
3. Sumber Air Minum
Berdasarkan sumbernya air dapat digolongkan atas beberapa
macam, yakni:
a. Air permukaan, seperti; air laut, danau, sungai, rawa-rawa, dam, sawah,
dan sebagainya.
b. Air tanah yang terbagi atas dua bagian yaitu air tanah dangkal dan air
tanah dalam.
c. Air angkasa yaitu air yang terdapat di atmosfer bumi seperti air hujan,
salju dan embun.
Adapun syarat-syarat air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 yakni:
1. Syarat fisik : suhu, warna, bau,
rasa, dan kekeruhan
2. Syarat kimia : kimia organik dan
kimia anorganik
3. Syarat mikrobiologi : kuman-kuman pathogen, kuman
parasitic, dan perkiraan terdekat jumlah bakteri golongan coli
4. Syarat radioaktif : sinar alfa dan sinar
beta
Berdasarkan data yang diperoleh khususnya mengenai penyediaan sumber
air minum oleh masyarakat Desa
simbang ada beberapa fakta yang kami peroleh, yakni:
Masih tingginya jumlah masyarakat yang menggunakan air sumur tanpa bersemen yang airnya bersentuhan
langsung dengan tanah dengan warna air yang keruh dan agak berbau. Sedangkan diketahui bahwa air dapat diklasifikasikan ke dalam 5
kelas:
1) Air Kelas I, yaitu air yang tidak perlu
pengolahan. (air tanah atau air laut, air permukaan tanpa
kontaminasi)
2) Air Kelas II, yaitu air yang hanya perlu didesinfeksi. (air tanah atau air permukaan dengan
kontaminasi kecil, jernih)
3) Air Kelas III, yaitu air yang perlu penyaringan disertai
chlorinasi (pre-post chlorinasi) semua sumber air yang memerlukan penyaringan
untuk menjernihkan dan chlorinasi untuk desinfektan.
4) Air Kelas IV, yaitu air yang perlu pengolahan lengkap selain
penyaringan diperlukan pula chlorinasi dan presedimentasi.
5) Air Kelas V, yaitu air yang perlu pengolahan spesifik
misalnya air sumur harus mempunyai kedalaman minimal 4 meter.
Maka berdasarkan klasifikasi di atas dapat
diketahui bahwa air minum yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat masih
memerlukan pengolahan serta dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, sebab
air minum yang dikonsumsi masih memerlukan pengolahan seperti dimasak misalnya
sebab terdapat kemungkinan telah terkontaminasi walaupun dalam jumlah kecil.
- FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT
1. Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung dalam pelaksanaan PBL I yang kami temukan
selama di lokasi adalah:
a.
Adanya partispasi aktif dari tokoh
masyarakat Desa Simbang dalam membantu segala kegiatan kami dalam PBL I, sebagai contoh pada
saat pelaksanaan Seminar Awal semua tokoh masyarakat yang kami undang hadir sekitar
44 orang
b.
Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa dengan Ibu Desa beserta tokoh masyarakat lainnya.
c.
Bantuan dan kerjasama yang baik
antara mahasiswa dengan petugas/pegawai pada beberapa instansi terkait yang
dikunjungi.
d.
Adanya bimbingan, arahan, dan
nasehat dari dosen pembimbing selama berada di lokasi, meskipun jarak yang
harus ditempuh untuk sampai di lokasi cukup jauh.
2. Faktor Penghambat
Dalam melaksanakan kegiatan selama berada di lokasi PBL, adapula beberapa kesulitan yang kami hadapi antara
lain:
a.
Data akurat yang diperlukan dari
instansi terkait sangat kurang
b.
Medan yang harus ditempuh untuk
menjangkau sebagian responden cukup sulit dan jauh.
c.
Sarana transportasi yang sangat
terbatas membuat pelaksanaan kegiatan tidak sesuai jadwal yang direncanakan.
d.
Bahasa
yang digunakan rata-rata responden adalah bahasa Makassar dan tidak bisa
berbahasa Indonesia sehingga kami sulit berkomunikasi dengan mereka, karena
kami rata-rata tidak mengerti.
e.
Tidak tersedianya Jamban/WC serta
kamar mandi.
- PROGRAM KERJA YANG DILAKUKAN SELAMA PBL I
1.
Bakti Sosial (kerja Bakti) di Mesjid dan
Kantor Desa Simbang
2.
Penyuluhan Kesehatan di 3 Sekolah yakni
SD,SMP,SMA
3.
Mengadakan kegiatan posiandu pada Dusun
Dadangtiga dan Paccinikang
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan kegiatan PBL I selama empat belas hari di Desa simbang Kecamatan Simbang Kabupaten Maros berupa pengumpulan data primer
dari masyarakat yang dilakukan dengan cara sensus (survei cepat/rapid survei)
dengan metode door to door dalam
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan baik terkait dengan masalah kesehatan
bayi maupun terkait dengan PHBS maupun masalah kesehatan lainnya, kemudian masalah-masalah tersebut
dianalisis dan diperoleh beberapa prioritas masalah dan kemudian di diskusikan
dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, maka terdapat 3 masalah kesehatan yang
dapat kami peroleh dalam hasil pertemuan tersebut. Adapun 3 prioritas masalah
tersebut antara lain:
- Jamban/WC Keluarga yang sebahagian besar dimiliki oleh masyarakat Desa Simbang tidak memenuhi standar kesehatan.
- Tidak adanya Tempat Sampah pada tiap rumah warga Desa Simbang.
- Sumber Air Minum terkait dengan banyaknya masyarakat yang mengkomsumsi air minum yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi
Beberapa masalah tersebut merupakan hasil
dari analisis kami dalam mengindentifikasi masalah-masalah kesehatan yang
terjadi di Desa Simbang Kecamatan
Simbang Kabupaten Maros dengan didukung oleh data-data
yang diperoleh dari hasil survei selama beberapa hari.
- SARAN
Dalam pelaksanaan kegiatan PBL I ini tentunya
tidak terlepas dari interaksi dengan pengelola, pembimbing, masyarakat, maupun
instansi-instansi terkait. Untuk itu, kami menyimpulkan beberapa saran yang
diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan antara lain:
1.
Saran Kepada Pengelola
a.
Untuk keberhasilan kegiatan PBL,
sebaiknya pembimbing maupun supervisor lebih mengintensifkan kunjungan ke
posko/lokasi PBL kami masing-masing di setiap tingkat Dusun.
b.
Sehubungan dengan diadakannya PBL
II sebagai kelanjutan PBL I dimana nantinya pada PBL II akan dilakukan program
intervensi, maka kami selaku mahasiswa merasa perlu mendapatkan pembekalan yang
lebih intensif khususnya mengenai praktik lapangan.
c.
Hendaknya koordinasi Korcam
(Koordinator Kecamatan) ke seluruh Kordes (Koordinator Desa/Kelurahan) lebih
ditingkatkan lagi.
2. Saran Kepada Masyarakat
Pada saat pelaksanaan program diharapkan peran serta masyarakat
yang lebih aktif agar tujuan bersama yang ingin dicapai dapat terwujud
sebagaimana yang diharapkan, karena tanpa dukungan masyarakat program
intervensi yang akan dilakukan pada PBL II tidak akan berhasil dengan baik.
3. Saran Kepada Pemerintah
Maupun Instansi Terkait
Kami mengharapkan dukungan sepenuhnya baik oleh pemerintah
maupun instansi terkait dalam bentuk kerja sama yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Echhdom, P. Eric, Masalah Kesehatan Lingkungan, Sebagai
Sumber Penyakit.
Effendy, Nasrul, 1998, Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat,
Edisi 2 Jakarta, EGC.
“ Kapita Selekta Kedokteran “ Edisi 3, Media Aesculaius, UI
Jakarta, Jakarta.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarbowo Prawiroharjo, Masyoer
Arif, dkk (2001).
Daud, Anwar, SKM, M.Kes. 2005. Dasar-Dasar Kesehatan
Lingkungan. Makassar: Hasanuddin University Press (LEPHAS).
Laporan Hasil PBL I FKM UVRI, Desa Simbang, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. 2012
Laporan Hasil PBL I FKM UNHAS, Kecamatan Lau, Kelurahan
Mattiro Deceng, Kabupaten Maros. 2007
Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University Press.
Tim Pengelola PBL, Pedoman Pelaksanaan PBL I FKM UVRI Makassar.